Apa
yang bisa kuceritakan hari ini adalah lagi-lagi soal kerinduan. Rasa itu
seenaknya saja datang menghampiri. Namun sudah beberapa hari semenjak mimpi
itu, rasa rinduku kepada sosok-sosok itu makin meluap-luap. Duh Gusti, mimpi
itu sangat menakutkan. Dalam mimpi itu, aku kehilangan salah satu dari mereka.
Ya, disitulah aku merasakan penyesalan yang amat dalam, karena belum bisa
membalas cinta kasih sayangnya selama ini, karena tidak menyempatkan diri untuk
sebentar saja pulang menengoknya, dan lebih memilih untuk mengerjakan hal lain
disini.
Dalam
mimpiku itu, aku juga melihat sosok perempuan kuat yang kusayang bersedih,
rintihan sedihnya menyayat perasaanku. Aku pun bertanya pada diri ini, apa yang
sudah kuberikan kepada mereka? Apakah aku sudah menjadi anak yang baik untuk
mereka? Apa yang sudah kulakukan untuk membalas semua kasih mereka?. Meskipun
diriku sendiri tahu, mereka tak pernah sekali pun menuntut balas apa pun
dariku. Yang Maha Kuasa, aku tak ingin mendapati penyesalan seperti dalam mimpi
itu. Aku ingin membahagiakan mereka, aku ingin mereka bangga memiliki anak
macam diriku, aku ingin menjadi anak yang baik bagi mereka. Hanya satu pintaku
pada-Mu, jagalah mereka.
Kadang
aku termenung sendiri, melamunkan mereka. Kira-kira mereka sedang apa ya? Apakah
mereka sehat? Apakah mereka sudah makan? Mereka sedang makan apa ya?. Wah
senangnya jika bisa makan bersama mereka, ke ladang bersama mereka dan makan
bekal dari masakan Ibu. Merasakan kejahilan Bapak, sosok yang bisa mengesalkan
dan menggembirakan pada saat yang bersamaan, dan keseruan berada
ditengah-tengah perdebatan mereka. Ahhh,, memikirkannya makin membuatku rindu
mereka. Ibu... Bapak... anakmu yang cengeng ini rindu kalian.
Sore
ini (26/3), karena sudah tak tahan lagi menahan rindu ini, aku menelpon mereka.
Suara yang teduh pun menyambut. Getar rindu dan kegembiraan kurasakan dari
suara Ibuku. Langsung saja kuutarakan bahwa aku rindu mereka. Balas rindu dari
mereka pun terdengar. Dan kalimat yang selalu mereka katakan itu kembali
terdengar. “Bapak, mamak juga kangen sama kamu. Tapi ya mau bagaimana lagi,
kamu juga kan harus belajar. Dengar suaramu dan kamu bilang kamu sehat itu
sudah cukup meringankan rindu, nak,” itulah yang mereka ujarkan. Oh betapa
terenyuhnya perasaanku tiap kali mendengarnya.
Aku
kembali berkhayal, bagaimana rasanya menjadi mereka. Apakah sosok yang
dikirimkan-Nya sebagai jodohku nanti dapat mendampingiku dan ikut merasakan
rindu seperti yang mereka rasakan?. Ya, semoga saja kelak menjadi orangtua yang
dirindukan oleh anak-anaknya.
Dalam
suasana senja ke peraduannya
Kamis,
26 Maret 2015
R I Y A M I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar