Kamis, 26 Maret 2015

Rindu

Merindu Lagi


Apa yang bisa kuceritakan hari ini adalah lagi-lagi soal kerinduan. Rasa itu seenaknya saja datang menghampiri. Namun sudah beberapa hari semenjak mimpi itu, rasa rinduku kepada sosok-sosok itu makin meluap-luap. Duh Gusti, mimpi itu sangat menakutkan. Dalam mimpi itu, aku kehilangan salah satu dari mereka. Ya, disitulah aku merasakan penyesalan yang amat dalam, karena belum bisa membalas cinta kasih sayangnya selama ini, karena tidak menyempatkan diri untuk sebentar saja pulang menengoknya, dan lebih memilih untuk mengerjakan hal lain disini.
Dalam mimpiku itu, aku juga melihat sosok perempuan kuat yang kusayang bersedih, rintihan sedihnya menyayat perasaanku. Aku pun bertanya pada diri ini, apa yang sudah kuberikan kepada mereka? Apakah aku sudah menjadi anak yang baik untuk mereka? Apa yang sudah kulakukan untuk membalas semua kasih mereka?. Meskipun diriku sendiri tahu, mereka tak pernah sekali pun menuntut balas apa pun dariku. Yang Maha Kuasa, aku tak ingin mendapati penyesalan seperti dalam mimpi itu. Aku ingin membahagiakan mereka, aku ingin mereka bangga memiliki anak macam diriku, aku ingin menjadi anak yang baik bagi mereka. Hanya satu pintaku pada-Mu, jagalah mereka.
Kadang aku termenung sendiri, melamunkan mereka. Kira-kira mereka sedang apa ya? Apakah mereka sehat? Apakah mereka sudah makan? Mereka sedang makan apa ya?. Wah senangnya jika bisa makan bersama mereka, ke ladang bersama mereka dan makan bekal dari masakan Ibu. Merasakan kejahilan Bapak, sosok yang bisa mengesalkan dan menggembirakan pada saat yang bersamaan, dan keseruan berada ditengah-tengah perdebatan mereka. Ahhh,, memikirkannya makin membuatku rindu mereka. Ibu... Bapak... anakmu yang cengeng ini rindu kalian.
Sore ini (26/3), karena sudah tak tahan lagi menahan rindu ini, aku menelpon mereka. Suara yang teduh pun menyambut. Getar rindu dan kegembiraan kurasakan dari suara Ibuku. Langsung saja kuutarakan bahwa aku rindu mereka. Balas rindu dari mereka pun terdengar. Dan kalimat yang selalu mereka katakan itu kembali terdengar. “Bapak, mamak juga kangen sama kamu. Tapi ya mau bagaimana lagi, kamu juga kan harus belajar. Dengar suaramu dan kamu bilang kamu sehat itu sudah cukup meringankan rindu, nak,” itulah yang mereka ujarkan. Oh betapa terenyuhnya perasaanku tiap kali mendengarnya.
Aku kembali berkhayal, bagaimana rasanya menjadi mereka. Apakah sosok yang dikirimkan-Nya sebagai jodohku nanti dapat mendampingiku dan ikut merasakan rindu seperti yang mereka rasakan?. Ya, semoga saja kelak menjadi orangtua yang dirindukan oleh anak-anaknya.
Dalam suasana senja ke peraduannya
Kamis, 26 Maret 2015

R          I           Y          A          M         I



Tidak ada komentar:

Posting Komentar